Minggu, 08 Maret 2015

cisanti, hulu sungai citarum

Situ Cisanti terletak di kaki Gunung Wayang sekitar 60 kilometer sebelah selatan Kota Bandung dan dapat ditempuh oleh kendaraan roda dua atau roda empat sekitar 2-3 jam. Situ Cisanti berlokasi di Kampung Pejaten Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung.
Untuk mencapai lokasi bisa diakses melalui dua cara. Pertama melalui kawasan Pangalengan dengan sebelumnya menyusuri perkebunan teh Malabar. Sebenarnya dengan melewati kawasan Pangalengan ini bisa terbilang lebih dekat dengan jalan yang tidak terlalu menanjak, namun jalanan dengan rute ini cukup sulit, sepi, rusak dan lebih mudah tersesat karena kurangnya plang jalan khusus.
Rute kedua adalah melalui Bandung – Ciwastra – Ciparay – Pacet – Cibeureum dan selanjutnya Kertasari. Bisa dibilang melalui rute kedua ini jalanan akan sedikit menanjak dan berputar, namun jalanan pada rute kedua ini lebih baik dan mulus dibandingkan dengan rute pertama. 
Fasilitas Situ Cisanti
Bisa dibilang Situ Cisanti ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap mulai dari toilet, mushola hingga penginapan/cottage kayu yang bisa dipakai untuk menginap dan menikmati malam di tengah hutan Situ Cisanti. Di kawasan Situ Cisanti ini juga kamu bisa berkemah dengan teman-teman yang menyukai alam terbuka guys.
Bisa dibilang Situ Cisanti ini merupakan pertemuan dari 7 mata air yang ada disana. Diantaranya adalah mata air Cikahuripan (Pangsiraman), mata air Cihaniwung, mata air Mastaka Citarum, mata air Cisadane, mata air Cikoleberes, mata air Cikawedukan dan terakhir mata air Cisanti.
Dari ketujuh mata air yang ada di Situ Cisanti, yang paling populer adalah mata air Pangsiraman. Mata air Pangsiraman ini dikelilingi oleh pagar besi dan terdapat bangunan bagi mereka yang ingin melakukan “ziarah” di kawasan ini. Untuk bisa masuk ke lokasi ini kamu tak bisa sendiri karena dijaga oleh seorang juru kunci yang sesekali ada disana.
Di kawasan mata air Pangsiraman ini air kebiruan dan sangat jernih. Disini kamu tak bisa sembarang mandi di mata air ini karena ada sebuah tatakrama yang harus dilakukan sebelumnya.
Di lokasi ini terdapat dua bagian, yaitu bagian untuk laki-laki dan perempuan. Biasanya hal ini berlaku di malam-malam yang dianggap baik untuk melakukan ziarah, seperti pada kamis malam dan hal ini akan semakin ramai dikunjungi pada waktu terang bulan di bulan Maulud.
Di tempat itu kadang-kadang sering hadir seorang juru kunci yang siap menolong untuk “memandikan” kamu layaknya melakukan sebuah siraman nikahan dimana seluruh tubuh akan dibasahi oleh air guyuran dari mata air tersebut. Menurut salah satu juru kunci Pangsiraman, tujuan orang berziarah ke tempat ini bermacam-macam, tetapi paling banyak dari mereka adalah untuk mendapatkan ketenangan hati, awet muda, enteng jodoh, kekayaaan hingga jabatan.
Situ Cisanti ini terletak di kaki Gunung Wayang yang kini masuk dalam area Perum Perhutani. Tak hanya perannya yang sangat penting bagi sumber kehidupan warga Jawa Barat Situ Cisanti merupakan salah satu dari saksi sejarah dari masa kerajaan hingga zaman kolonialisme dulu. Situ Cisanti ini merupakan sebuah petilasan (tempat persinggahan) dari Dipatiukur, yang merupakan seorang wedana para bupati Priangan pada abad ke-17. Dipatiukur memimpin pasukan untuk menyerang Belanda di Batavia pada tahun 1628. Disebutkan bahwa kekalahan Dipatiukur disebabkan oleh adanya pengkhianatan dari pemimpin masyarakat Sunda lain, sehingga akhirnya Dipatiukur dan pengikutnya mudah dikalahkan.
Menurut kabar, Bujangga Manik, putra Raja Padjajaran, pada abad ke-5 pernah mengunjungi Situ Cisanti ini pada perjalanannya mengunjungi tempat-tempat suci di Pulau Jawa dan Bali dengan berjalan kaki seorang diri.

1 komentar: